Permasalahan sampah Jakarta kembali menjadi sorotan nasional. Sejak awal September 2025, penumpukan sampah di beberapa titik utama seperti TPA Bantargebang, TPST Sunter, dan TPAS Cakung semakin parah akibat keterlambatan pengangkutan dan kapasitas TPA yang hampir penuh.

Akibatnya, 3.200 ton sampah per hari belum terangkut, menimbulkan bau tak sedap dan memicu peningkatan kasus ISPA serta diare di sekitar pemukiman padat penduduk. Warga Jakarta Timur bahkan melakukan aksi protes dengan memblokade jalan menuju TPA Bantargebang.

Koalisi Masyarakat Peduli Lingkungan menuding Gubernur DKI Jakarta lalai dalam mengantisipasi krisis ini. Mereka mendesak gubernur segera mengundurkan diri jika tidak mampu memberikan solusi konkret.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi DKI mengklaim telah menganggarkan Rp2,1 triliun untuk pembangunan TPST modern berbasis teknologi RDF (Refuse Derived Fuel) yang ditargetkan selesai pada pertengahan 2026. Namun, publik menilai program ini terlalu lambat mengingat dampak kesehatan dan lingkungan sudah nyata dirasakan.

Pengamat tata kota menilai krisis sampah ini merupakan dampak akumulasi dari kurangnya inovasi pengelolaan limbah dan lemahnya koordinasi lintas daerah, khususnya antara DKI Jakarta dan Bekasi. Jika kebijakan struktural tidak segera dilakukan, Jakarta terancam darurat sampah dalam 3โ€“5 tahun ke depan.

Banjir69 , Situs banjir69


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *